ANALISIS KADAR ANDROSTENEDION PADA WANITA OBESITAS PCOS DAN OBESITAS NON PCOS (POLYCYSTIC OVARIUM SYNDROME) DI SURABAYA

Authors

  • M`uarrofah Muarrofah ITSKes Insan Cendekia Medika Jombang
  • Anita Rahmawati ITSKes Insan Cendekia Medika Jombang
  • Dwi Prasetyaningati ITSKes Insan Cendekia Medika Jombang

DOI:

https://doi.org/10.58526/ez-sci-bin.v2i2.150

Keywords:

Androstenedione, Obesitas, PCOS

Abstract

Obesitas di Indonesia semakin meningkat dan merupakan tantangan terbesar dalam kesehatan masyarakat serta  peringkat ketiga penyebab gangguan kesehatan kronis, disamping itu obesitas mempunyai kontribusi terhadap peningkatan androgen terutama pada kasus PCOS. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kadar androgen pada wanita obesitas dengan PCOS dan obesitas non PCOS.

Metode penelitian ini adalah deskripsi analitik observasional, , sampel adalah 23 wanita obesitas PCOS dan 23 wanita obesitas non PCOS   menggunakan teknik purposive sampling. Pemeriksaan  hormon androstenedion  dengan ELISA. hasil pemeriksaan di uji menggunakan uji statistik Uji Wilcoxon-Mann Whitney dengan α=0,05, hipotesa diterima jika p value <0,005.

Hasil: subyek penelitian berusia 20-35 tahun, berat badan 50-90kg, dengan IMT adalah lebih dari 25%. Kadar androstenedione pada wanita Obesitas PCOS lebih tinggi dibanding wanita Obesitas non PCOS dengan  (????̅ ± SD) adalah 2.9078 ± 5.21929. Uji Wilcoxon-Mann Whitney P= 0.000.

Kesimpulan:  Ada  perbedaan yang signifikan kadar hormon androstenedion pada wanita obesitas PCOS  dengan wanita obesitas non PCOS.

 

 

 

References

Armstrong AJ, Hurd WW, Elguero S, Barker NM, Zanotti KM.(2012). Diagnosis and Management Hiperplatia of Endometrium. J Minim Gynecol Invasif; 19 :562–712

Ehrmann DA. Barnes RB, & Rosenfield (1995). Polycystic ovary syndrome of fungtional hyperandrogenism due to dysregulation of androgen secretion. Endocr Rev. 16:322-354

Ehrmann DA.(2005). Polycystic Oarium Syndrome. N Engl J Med.; 352 :1223– 1226

Chuan Xing (2022). Effect of Sex Hormone-Binding Globulin on Polycystic Ovary Syndrome: Mechanisms, Manifestations, Genetics, and Treatment review. International Journal of Women’s Health:14. https://doi.org/10.2147/IJWH.S344542

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2016). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas). Jakarta.

Lobo RA, Goebelsmann U, & Horton R. (1983). Evidence for the importance of peripheral tissue events in the development of hirsutism in polycystic ovary syndrome. J Clin Endocrinol Metab:393–397. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/6223045

Lobo RA. (1996). ‘Unifying Concept for Polycistic Ovary Syndrome. In : Chang RJ, Plycistic Ovary Syndrome’. Serono Symposia. USA Inc. Massachusetts.: 334 – 520.

Meliza Wahyuni (2015). Hubungan Resistensi Insulin dengan Gambaran Klinis Sindrom Ovarium Polikistik. Andalas Jurnal of Health.

DOI: http://dx.doi.org/10.25077/jka.v4i3.385

Speroff L & Fritz MA. (2011). Cronic anovulation and the polycystic ovarysyndrome. In: Clinical gynecoligic endocrinology and infertility.7th Edition. Philadelphia. 495-531.

World Health Organitation (2000). Obesity: Preventing and Managing the global epidemic. Report of a WHO consultation on obesity. Genewa, Switzerland.

Downloads

Published

2024-07-25

How to Cite

Muarrofah, M., Anita Rahmawati, & Dwi Prasetyaningati. (2024). ANALISIS KADAR ANDROSTENEDION PADA WANITA OBESITAS PCOS DAN OBESITAS NON PCOS (POLYCYSTIC OVARIUM SYNDROME) DI SURABAYA. EZRA SCIENCE BULLETIN, 2(2), 573–578. https://doi.org/10.58526/ez-sci-bin.v2i2.150